Skip to main content

Posts

Showing posts with the label Cerpen

Suwanti (yang mati di jembatan kembar)

KATAMU , hujan akan turun malam ini. Deras sekali. "Hingga membikin tubuhmu menggigil kedinginan." *** Alangkah bergetar bulu kudukku, ketika baru saja menutup telepon darimu, hujan turun seketika. Deras.  Sangat deras. Aku mencoba meneleponmu kembali. Kucari namamu di kontak.  S u w a n ti.  Dapat. (tiiiik.. tiiiiik... nomor yang anda tuju sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan....) *** Kau hidup di tengah tengah kawasan perdesaan. Jauh dari arus komunikasi dan dunia maya.  Keseharianmu disi dengan menyapa tetangga, membicarakan hal hal yang sebetulnya bisa dipercaya dan sekaligus juga tidak bisa diterima akal sehat. Kau pernah bercerita tentang kisah kucing tanpa ekor yang tengah ramai diperbincangkan di wilayah sekitaran Kallongtala', sebuah daerah yang dihuni sekitar 99 kepala rumah tangga. Daerah yang dikelilingi pohon bidara , sebuah pohon yang dipercaya bagi masyarakat sebagai tumbuhan pengusir makhluk halu

Cerita Anak Pung Julung-julung; Beranilah, Seperti Namamu

Menceritakan Kembali Karya Nurmadia Syam , Beranilah, Seperti Namamu , dalam Buku Berjudul "Pung Julung-julung" diterbitkan oleh Penerbit de la macca kerjasama Balai Bahasa Sulawesi Selatan tahun 2017. Foto : Dokumen Pribadi -- I BARANI , seorang anak yang terlahir dari laut lepas yang luas. Ia serupa matahari yang garang dan berani. I Barani memiliki tiga orang kakak. Salah satu di antaranya adalah kembarannya. Kakak pertamanya bernama I Kassa. Punya sifat yang baik dan mendukung I Barani dalam segala hal. Lain halnya dengan kakak keduanya, bernama I Rewa. I Rewa, seorang lelaki dengan postur tubuh tinggi dan lincah. Tapi, kekurangannya karena ia mudah marah. "Bahkan ia tak segan beradu otot jika disanggah." (hal. 6) Selain kedua kakaknya itu, ia punya saudara kembar yang lahir lima menit lebih dulu dibanding dirinya. Namanya I Gassing. Orangnya baik, selalu memotivasi adiknya unuk selalu berani menghadapi tantangan. "Kau dinamai I Barani.

Putri Karaeng

P ernikahan Batal karena Uang Panai . Judul tulisan itu tertulis jelas di sebuah surat kabar di kota ini.  *** GELISAH . Itulah yang dirasakan seorang pemuda dua puluh tahun. Pikirannya melayang menyusuri bayang yang tak pernah jelas arahnya. Sejak pertengahan tahun ini, ketika seorang perempuan datang berkenalan dengannya, seakan ada sebuah paku tertancap di bilik bambu. Paku itu diandaikan sebagai kegelisahan dan bambu itu adalah hatinya. Perlahan namun pasti, sesuatu yang menusuk itu menancapkan ujungnya tepat di permukaan yang mudah remuk.  *** TELEPON genggam Armin berdering. Sebuah panggilan masuk. Nama kontaknya terlihat jelas: Ammak.  “Ammoterekki.” “Teaki rong, Ammak. Niak inji erok kujama anrinni.”  “Ammoterek miki rong, Nak. Niak erok napawwangngangki, Bapaknu.”  Panggilan dimatikan. Sebenarnya seruan untuk pulang itu adalah perkara penting. Selama dua tahun Armin tak pernah pulang untuk sekadar menjenguk orangtuanya.

Saya

My photo
M. Galang Pratama
Gowa, Sulawesi Selatan, Indonesia
Anak dari Ibu yang Guru dan Ayah yang Petani dan penjual bunga.

Tayangan Blog